Jumat, 25 November 2011

Saweran atau Paculan Penganten... Satu Khasanah Bangsaku Tercinta..


Sahabat.. ada satu tradisi unik yang menjadi khasanah budaya Indonesia. Tradisi itu adalah Saweran atau Paculan Penganten yang lazim diketemukan di daerah Serang, Banten. Saat ini memang hanya beberapa kelurahan saja yang masih melestarikan budaya ini, salah satunya adalah kelurahan Nambo Udik. Aku melihat tradisi ini beberapa hari yang lalu saat menghadiri uacara pernikahan bawahanku. Tadinya aku hanya mendengar dari mulut ke mulut saja, tapi akhirnya melihat dan ikut larut dalam tradisi tersebut.



Hemh.. itu bukan suasana arisan sahabat.. Gambar di atas adalah suasana dimana  acara dimulai dan dilaksanakan. Pengantin akan duduk di depan panggung, sebuah meja berisi baskom dari aluminium diletakkan di atas sehelai taplak meja. Orang-orang atau pengunjung (baca : penyawer), baik tua maupun muda, lelaki atau perempuan,yang merupakan tamu undangan atau pengunjung pesta, bahkan orang yang kebetulan melintas, akan menyalami pengantin lalu memutari meja dan melempar sejumlah uang recehan. Ya recehan.. suaranya gemerincing saat beradu dengan dinding baskom dan meramaikan suasana yang sudah dimeriahkan dengan sejumlah lagu dangdut bertemakan perkawinan, tentu saja bukan lagu Bang Toyib atau Alamat palsunya Ayu Ting Ting lho..  Waktu itu, aku ikut nyawer dan hemh.. merinding rasanya..

Dalam kesempatan lain, jika ada hiburan orkes dangdut atau organ tunggal, penyawer bisa berdiri saja di dekat pengantin, menggenggam uang kertas yang disusun rapi dan dilambaikan di depan pengantin. Layaknya penyanyi kampung yang disawer, maka pengantin akan mengambil helai demi helai uang kertas dari penyawer sembari senyum dan bilang terima kasih tentunya. Sedangkan untuk prosesi memutari meja, bisa dilakukan berkali-kali sampai uang habis tapi tetap menyalami pengantin dulu sebelum melempar uang, kalau kurang? Tambah lagi deeeh uangnya.. dan muter lagi.. tarrriiik..

Sebenarnya ada perbedaan makna antara Saweran dan Paculan.. Hal ini menurut sesepuh warga setempat yang berhasil kukorek keterangannya. Saweran biasanya dilakukan jam empat sore, menggunakan recehan dan beras kuning, dimana beras kuning akan ditaburkan ke pengantin, dan recehan tetap di baskom. Sepanjang prosesi, ada yang mendendangkan kidung-kidung Sunda buat sepasang pengantin. Beras kuning menunjukkan rasa manis/gurih yang melambangkan bagaimana kehidupan pengantin akan menjadi kebanggaan atau kesayangan keluarga. Jika beras kuning dan recehan banyak didapat, maka keluarga baru tersebut akan berlimpah dengan kebahagiaan nantinya dan berlaku sebaliknya. Sedangkan Paculan akan diadakan di malam hari setelah pesta akan berakhir, dengan prosesi seperti yang telah aku ceritakan di paragraf sebelumnya. Banyaknya uang paculan yang terkumpul melambangkan bagaimana rejeki keluarga ini nantinya. Makin banyak maka makin sejahtera, sebaliknya jika cuma sedikit maka.. harus kerja lebih keras lagi dech..

Yang lebih unik adalah bila keluarga pengantin doyan atau hobby nyawer. Alhasil, akan ada semacam  persaingan dari kedua keluarga pengantin, banyak-banyakan nyawernya. Hahaha.. acara pasti akan jadi lama dan seru karena masing-masing pihak tidak mau kalah pamor. Ah.. begitu kaya bangsaku..

Sabtu, 29 Oktober 2011

Punjungan bin Rantangan alias Tonjokan atawa Undangan Kelas Berat..

Aku masih di beranda rumah saat satu motor berhenti di depan rumahku. Turunlah seorang wanita yang sepertinya kukenal (mungkin dulu adik kelasku waktu SD). Sambil tersenyum menanyakan apakah Ibuku ada dan mengulurkan tangannya menyampaikan sebungkus plastik berisi kotak. Dia mengatakan bahwa itu adalah punjungan dari Ibu ABC yang mengadakan hajatan pernikahan anaknya. Setelah kuterima dan mengucapkan terima kasih, dia pun pergi dengan pemboncengnya yang masih memegangi beberapa bungkusan lain yang sepertinya akan diantarkan ke alamat lainnya. Ah.. semoga bukan tempat Ayu Ting Ting karena gak akan nyampai sebab alamatnya palsu.. hehehehe..

Yap.. itulah punjungan yang juga kukenal sebagai tonjokan atau rantangan dan lebih tepatnya adalah undangan kelas berat. Kenapa? karena biasanya yang mendapatkan bingkisan ini harus dan wajib datang ke hajatan atau syukuran yang diadakan pengundang. Mau tahu lagi kenapa? sudah dicatat pastinya oleh si empunya hajat, ntar kan tinggal nyocokin ame nama-nama di kotak amplop. Kalau gak datang? idih.. ketahuan looh.. Ini adalah tradisi yang turun menurun di daerahku. Bentuknya bisa berupa nasi kotak, sepaket rantang berisi nasi, sayur, dan lauk pauk, atau satu ceting (tempat nasi) dari plastik yang berisi makanan dengan paket yang relatif sama. Hemh.. ada gak di daerah kalian? kalau ada.. apa namanya?


http://www.cateringjakarta.net

Kamis, 06 Oktober 2011

GLIDIK...

Pernahkah sahabat mengetahui istilah GLIDIK? kalau ditambah awalan 'ng' di depannya maka akan jadi istilah bagi anak yang nakal (dalam bahasa Jawa). Tapi GLIDIK adalah satu istilah populer di kawasan seputar Jogja yang berarti bekerja di luar kampung. Walau beragam profesinya mulai dari buruh tani, buruh panen, tetapi lazimnya istilah ini dipergunakan untuk tukang bangunan. Di sini seseorang akan melewatkan seminggu atau lebih waktunya untuk berpisah dengan keluarga tercinta demi mencari penghasilan di luar kampungnya.


Istilah ini pertama kali kukenal saat melaksanakan tugas Kuliah Kerja Nyata di dukuh Gambir Sawit atau Pangkah, Lemah Bang, di kawasan Prambanan. Dalam keseharian, dukuh yang kami tempati akan kehilangan para pemuda dan beberapa kepala keluarga karena pergi ke kota Jogja untuk melaksanakan borongan proyek perumahan, jembatan, atau jalan. Nach.. di malam Minggu biasanya mereka akan berkumpul lagi dengan keluarga, sambil membawa uang tentunya, dan sejenak melepas rindu dengan famili tercinta. Namun acapkali mereka bisa berminggu-minggu di kota dan pulang dengan tangan hampa karena bayaran yang tertunda.

Glidik bagiku mengungkap suatu makna bahwa harus ada yang dikorbankan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Kehangatan keluarga sehari-hari, belai sayang Ayah pada anak dan istri tercinta, serta kepercayaan yang tinggi kepada pasangan hidup bahwa tak ada yang 'berubah' selama aktivitas glidik dilakukan. Begitupun dengan sebagian kita yang merantau untuk mengadu nasib. Dengan semangat glidik yang tinggi, mari kita buktikan bahwa kita bisa mencapai apa yang kita inginkan. Tak perlu melihat ke belakang atau takut akan besarnya pengorbanan yang kita keluarkan, tetapi fokus kepada sesuatu yang kita tuju tanpa hilang arang dan tenggelam dalam godaan. Semangat glidik kawan..

Jumat, 30 September 2011

Mau kaya? Kerja aja di Bank BUKOPIN..

Dulu.. selagi belum dapat gawean.. Aku sering bergurau dengan teman-temanku. Melihat dunia kerja yang begitu dinamis dengan kompetisi yang demikian ketat sekarang, ternyata satu pekerjaan yang tak pernah ada waktu tunggu adalah menjadi Pastor. Buktinya.. belum ada ceritanya Pastor itu menganggur.. Hehehe..

Tapi sebelum gurauan itu, aku sudah mempopulerkan satu gurauan bahwa agar cepat kaya (sebab Pastor jarang yang kaya..) , kita bisa bekerja di bank. Modalnya sedikit, untungnya banyak pula.. Kerja aja di bank BUKOPIN alias Buka Koprok Pindah Pindah... Hahaha..


Koprok yang kukenal adalah salah satu permainan judi yang memanfaatkan dadu atau kubus bergambar. Biasanya berjumlah 4 (ukuran 10x10x10 cm) atau 8 (ukuran 5x5x5cm) dan berisi gambar binatang serta angka. Jumlah perbandingannya adalah 1 : 3 dimana satu dadu akan berisi gambar 3 binatang berbeda (kupu-kupu, kadal, gajah, guda, burung, dll) dalam dua warna berbeda (hitam, merah, biru, atau hijau) sehingga di keenam sisi dadu akan berisi gambar binatang yang tidak sama warna dan jenisnya. Dadu-dadu lainnya akan berisi angka 1-6 dalam bentuk bulatan berwarna sama (merah atau hitam). Hal yang sama juga berlaku untuk permainan 8 dadu dengan perbandingan dua kali lipatnya.

Cara mainnya sederhana, diperlukan sebuah lapak dari plastik yang sudah dilengkapi 18 kotak dalam dua bagian. Setiap bagian berisi 9 kotak berisi 6 kotak angka 1-6 dan 3 kotak gambar binatang. Bedanya.. bagian pertama dan kedua pada kotak binatang akan berbeda warna. Peralatan lainnya adalah sebuah alat pengocok dadu yang terdiri dari alas bundar dilapisi beludru atau karpet, serta penutupnya berbentuk tabung yang tertutup di satu sisinya (seperti panci) dan di dalamnya dilapisi kain beludru atau karpet  juga. Tujuan dilapisi kain beludru atau karpet adalah biar hentakan dadu saat diguncang tidak berisik sehingga tidak mengganggu lapak KOPROK yang lain. Alat terakhir tentu saja uang yang akan dijadikan taruhannya..

Nach.. permainan pun siap dimulai dengan syarat ada bandar dan petaruhnya. Dadu akan diguncang satu kali dalam kondisi tertutup. Petaruh lalu memasang taruhan dengan meletakkan uang di kolom angka dan binatang. Bisa pasang di satu kolom atau dua kolom bersamaan. Setelah dirasa tidak ada yang memasang lagi, maka bandar akan membuka hasil guncangan dadu.. Dar!! maka riuhlah suasana.. Yang tebakan angka atau binatangnya tidak terlihat di sisi atas dadu siap-siap saja uang langsung ditarik.. Yang terlihat? tunggu dulu.. Yang satu kolom angka akan mendapatkan uang sebesar taruhannya dikali jumlah angka yang muncul, misal angka 3 muncul di tiga dadu maka akan mendapat tiga kali dari uang taruhan. Yang pasang di dua kolom angka akan mendapat dua kali lipat jika keduanya muncul, tapi jika satu yang muncul akan dianggap seri. Gambar binatang akan mendapat dua kali lipat dari taruhan jika muncul. Jika pasang di kolom angka dan binatang dan keduanya muncul maka akan mendapat tiga kali lipat dari taruhan. Hemh.. kadang-kadang, beda desa sudah beda pula aturannya..

Karena permainan, so pasti sudah banyak trik di dalamnya. Pertama, awal mulai biasanya terlihat ramai dan bandar seolah kalah, padahal para petaruh hanya teman-teman si bandar lho.. pancingan getchu. Kedua, bandar biasanya pakai pengocok dadu anak kecil, karena dosanya sedikit sehingga kocokannya sukar ditebak. Ketiga, ada beberapa jimat untuk menerawang ke dalam kocokan yang tertutup misalnya uang kertas yang nomor serinya kembar lima angka, bambu yang dilubangi kumbang hingga tembus di kedua sisinya, sampai saat berjudi jangan memakai celana dalam hehehe.. Padahal si bandar pasti juga gak kalah jimat kan?

Well.. hanya sebuah permainan tebakan, dan biasanya ditemui dalam hajatan penduduk desa, ulang tahun desa, atau setiap pentas musik (baca : organ tunggal). Meski judi, dan kerap diusir petugas, tapi tetap ramai karena si oknum sudah dikasih jatah keamanan. Jujur aku pernah iseng ikut permainan itu dan hebatnya tanpa trik apapun aku selalu menang. Tapi biasanya di tengah permainan kabur karena melihat bayangan bapak yang seolah tahu aku sedang berjudi hahahaha.. Makasih ya Pak, sebab menurut pengalaman, jika diteruskan, tidak ada yang bisa mengalahkan bandar. Jika menang besarpun tak boleh meninggalkan kalangan judi, tanggung risiko digebukin teman-teman bandar yang kalah. Aduuuh.. Itulah Indonesiaku.. Kangen juga dengan permainan ini.. Adakah permainan ini di tempatmu sahabat?

Senin, 26 September 2011

Pengennya Aku Sich...

Pengennya aku sih.. selalu bersama..
Walau jauhnya jarak telah mengujinya..
Dan sering aku kalah olehnya..

Pengennya aku sebenarnya tetap bertegur sapa..
Meski tak bertatap mata tapi setidaknya dengan kiriman kata
Atau renyahnya suara jika tak terkendala pulsa..

Pengennya aku sejatinya takkan pernah melupa..
Sebab pernah terangkai cerita antara kita..
Dimana sering terkorbankan yang lainnya hanya untuk bisa bersama..

Pengennya aku aslinya semoga aku lekas kaya..
Punya uang banyak dan tak menjadi lupa daratan karenanya
Sebab aku ingin ajak kalian tamasya.. gratis plus naek pesawat pula..
Boleh kok bawa bola atau siapkan kamera..

Pengennya aku andai semua tak terengkuh juga..
Aku selalu pengen denger cerita kalian bahagia di sana..
Lihat kalian tetap tampan dan cantik jelita..
Dan yang paling penting tetap selalu riang dalam canda tanpa duka..

Nach.. pengenku yang terakhir adalah agar tak pernah kulupa berdoa..
Untuk kalian yang selalu mengingatkanku akan arti setia..
Dalam suka dan duka.. untung dan malang.. lagi tajir maupun kantong merana..
Akan satu cerita bagaimana mencari sahabat.. buat keturunan kita...
Apakah kita masih punya pengen yang sama??

Minggu, 25 September 2011

Barosok.. Satu yang unik di negeri ini..

Hanya masalah waktu.. ketika kita tertarik untuk mengingat, memikirkan, bahkan menuangkan dalam bentuk lagu atau tulisan, sebuah hal yang pernah kita ketahui. Akupun begitu.. Dalam dekapan target untuk menyelesaikan laporan mendadak di pagi ini, malah 'membuang waktu' untuk menulis tentang hal unik yang aku ketahui.


Barosok.. satu kebiasaan unik di daerah Sumatera Barat dimana pasti adikku yang keling ini lebih mengetahui tentang tradisi di kampungnya. Satu tradisi jual beli di pasar hewan yang mensyaratkan tawar menawar plus DEAL harga antara penjual dan pembeli dilakukan dengan bersalaman, dibalik kain sarung (lazimnya), jaket, atau baju kalau tidak membawa sarung, dan memanfaatkan jemari mereka untuk penanda naik turunnya harga. Hemh.. kebayang ribetnya bukan? telunjuk, kelingking, jempol, jari tengah, dan jari manis pun ada harganya di sini. Sayangnya dalam liputan di salah satu stasiun TV swasta di negeriku ini, tidak diungkap bagaimana jika di antara pembeli dan penjual ada yang mengalami cacat bawaan atau cacat karena kecelakaan dimana ada anggota jemarinya ada yang hilang. Pasti jadi lebih spesial karena masak iya hanya karena tak lengkap tidak boleh melakukan transaksi di pasar hewan..
Tradisi ini punya beragam makna yang menurutku salah satunya adalah bagaimana menjaga rahasia sesuatu yang tidak menguntungkan atau dalam kata lain merugikan jika diketahui umum. Hah? terang saja kawan.. harga hewan ternak yang sudah disepakati tentu memiliki banyak arti bagi penjual maupun pembelinya. Pertama, si penjual tetap menjaga kerahasiaan pasaran hewan-hewannya sehingga harga di pasar hewan tersebut tidak akan diacak-acak oleh oknum yang bermodal besar dengan cara banting harga di bawah harga para pejual lainnya. Kedua, si penjual bisa beroleh untung lebih jika memang lihai bertransaksi tanpa intervensi pihak lain saat momen tawar menawar berlangsung. Ketiga, bagi pembeli yang akan menjual kembali 'belanjaannya' bisa meninggikan label tawaran untuk hewannya tersebut untuk mencari untung. Keempat, pembeli akan lebih leluasa untuk nego harga karena saat itu hanya ada dirinya dan si penjual tanpa ada pembeli lainnya yang bisa saja menaikkan tawaran lebih tinggi. Kelima, bagi kita yang tidak melakukan merupakan pelajaran yang berharga mengenai arti pentingnya menjaga suatu rahasia.


Barosok, semoga tetap lestari sebab di negeri ini, rahasia seolah sudah tidak memiliki lagi ruang privasi untuk berlindung. Semua dikorek habis, ada yang memang untuk kebenaran, mencari sensasi, atau untuk menjatuhkan yang lain. Jika tradisi ini bisa diambil nilainya, tentu saja tidak ada lagi pematian karakter, korupsi massal atau berjemaat, dan kebohongan publik yang dilakukan oleh para pemimpin kita.

Sabtu, 06 Agustus 2011

Ini Biru Donker...

Satu cerita lama jaman orientasi di fakultasku. Tenang.. tak ada cerita kekerasan fisik di sini sebab memang sudah tidak aku dan kawan seangkatanku alami. Yang ada hanya pengenalan lingkungan kampus belaka. Tapi namanya orientasi, tetap saja ada aturan mainnya. Salah satunya adalah pemakaian kaos orientasi yang disediakan panita dengan harga tertentu. Bagi yang tidak mau beli, panitia memberi kelonggaran untuk memakai kaos bebas asalkan berwarna sama dengan kaos orientasi yaitu biru donker. Simpel bukan ?

Tapi namanya ABG, bukan aneh kalau yang simpel pun dibikin rumit. Kenapa rumit ? ya karena jika tidak ada aturan maka akan ada konsekuensi atawa hukumannya. Hari pertama pun sudah dimulai dengan kegaduhan dimana ada salah satu calon mahasiswa baru yang memakai kaos biru muda. Hemh.. cari mati nich anak. Sebut saja namanya Tampan (karena laki-laki). Tampan dengan pedenya berlalu lalang di depan panitia dengan kaos biru mudanya. Tanpa takut, tanpa risih, dan tanpa bersalah, si Tampan ini santai saja menebar senyum ke semua orang baik panitia maupun sesama calon mahasiswa baru.

Dari kejauhan aku penasaran sekali dengan si Tampan ini. Sehebat apa sih dia, apa dia anak rektor calon universitasku ya? Kok gak ada yang negur? Aku melangkah pelan-pelan mendekatinya. Dan.. dari jarak lima meter dari si Tampan, aku sudah terpingkal-pingkal sampai keluar air mata. Pantas saja dia tidak ditegur.. soalnya di kaos biru muda itu tertulis... INI BIRU DONKER!!! Akupun membayangkan bagaimana kalau ada panitia yang menegurnya..
Panitia              : ’kamu kok tidak pakai kaos biru donker?’
Tampan            : ’pakai dong kak!’
Panitia              : ’itu kan biru muda! (sewot)’
Tampan            : ’bukan, kata siapa.. kakak bisa baca kan, ini apa bacaannya..?’
Panitia              : ’GRRRRRRHHHH...’ sambil gemes..